Malam telah larut dimana jarum jam menunjukkan pukul 23.15. Suasana sepi
 menyelimuti sebuah kost-kostan yang terletak beberapa kilometer dari 
Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.. Kost-kostan tersebut lokasinya agak 
jauh dari keramaian sehingga menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang
 menginginkan suasana tenang dan sepi. Kost-kostan yang memiliki jumlah 
kamar mencapai 30 kamar itu terasa sepi karena memang baru saja dibuka 
untuk disewakan,hanya beberapa kamar saja yang sudah ditempati, sehingga
 suasananya dikala siang atau malam cukup lengang. Saat itu hujan turun 
lumayan deras, akan tetapi nampak sesuatu telah terjadi disalah satu 
kamar dikost-kostan itu.
Seiring dengan turunnya air hujan, air mata Dinda juga mulai turun 
berlinang disaat lelaki itu mulai menyentuh tubuhnya yang sudah tidak 
berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para lelaki itu, 
rasa keputus asaan dan takut datang menyelimuti dirinya. Beberapa menit 
yang lalu secara tiba- tiba dirinya diseregap oleh seseorang lelaki 
disaat dia masuk kedalam kamar kostnya setibanya dari sebuah tugas 
penerbangan. Kedua tangannya langsung diikat kebelakang dengan seutas 
tali, mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu tubuhnya dicampakkan
 oleh lelaki itu keatas tempat tidurnya. Ingin rasanya dia berteriak 
meminta pertolongan kepada teman-temannya akan tetapi kendaraan antar 
jemput yang tadi mengantarkannya sepertinya sudah jauh pergi 
meninggalkan kost-kostan ini, padahal didalam
kendaraan tersebut banyak teman-temannya sesama karyawan.
Dinda Fitria Septiani adalah seorang Pramugari pada sebuah penerbangan 
swasta, usianya baru menginjak 19 tahun, wajahnya cantik imut-imut, 
postur tubuhnya tinggi dan langsing proporsional. Dengan dianugerahi 
penampilan yang cantik ini sangat memudahkan baginya untuk diterima 
bekerja sebagai seorang pramugari. Demikian pula dengan karirnya dalam 
waktu yang singkat karena kecantikannya itulah dia telah menjadi sosok 
primadona di perusahaan penerbangan itu. Banyak lelaki yang berusaha 
merebut hatinya, baik itu sesama karyawan ditempatnya bekerja atau 
kawan-kawan lainya. Namun karena alasan masih ingin berkarir maka dengan
 secara halus maksud-maksud dari para lelaki itu ditolaknya.
Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas sikap dari Dinda itu. Paul 
adalah salah satu dari orang yang tidak bisa menerima sikap Dinda 
terhadap dirinya. Kini dirinya bersama dengan seorang temannya telah 
melakukan seuatu perhitungan terhadap Dinda. Rencana busuk dilakukannya 
terhadap Dinda. Malam ini mereka telah menyergap Dinda dikamar kostnya. 
Paul adalah satu dari sekian banyaknya lelaki yang menaruh hati kepada 
dirinya, akan tetapi Paul bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan baik
 karena kedudukannya bukanlah seorang karyawan penerbangan ditempatnya 
bekerja atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah seorang 
tukang batu yang bekerja dibelakang kost-kostan ini. Ironisnya, Paul 
yang berusia setengah abad lebih dan melebihi usia ayah Dinda itu lebih 
sering menghalalkan segala cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah dia
 bukan seseorang yang terdidik. Segala tingkah laku dan perbuatannyapun 
cenderung kasar, karena memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang 
bertabiat kasar.
“Huh rasakan kau gadis sombong !â€, bentaknya kepada Dinda yang 
tengah tergolek dikasurnya.
“Aku dapatkan kau sekarang….!â€, lanjutnya. Sejak perjumpaannya 
pertama dengan Dinda beberapa bulan yang lalu, Paul langsung jatuh hati 
kepada Dinda. Dimata Paul, Dinda bagaikan bidadari yang turun dari 
khayangan sehingga selalu hadir didalam lamunnanya. Diapun berniat untuk
 menjadikannya sebagai istri yang ke-4. Bak bukit merindukan bulan, Paul
 tidak berdaya untuk mewujudkan impiannya itu. Predikatnya sebagai 
tukang batu, duda dari 3 kali perkawinan, berusia 51 tahun, lusuh dan 
miskin menghanyutkan impiannya untuk dapat mendekati sang bidadari itu.
Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang sangat menyakitkan 
hatinya terkait dengan Dinda
sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur sapanya diacuhkan oleh 
Dinda,tatapan mata Dindapun selalu sinis terhadap dirinya. Lama kelamaan
 didalam diri Paul tumbuh subur rasa benci terhadap Dinda, penilaian 
terhadapnyapun berubah, rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun 
gairah nafsu sex terhadap Dinda tetap bersemi didalam dirinya tumbuh 
subur menghantui dirinya selama ini. Akhirnya dipilihlah sebuah jalan 
pintas untuk melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya tidak dapat 
setidaknya dia dapat menikmati tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini 
Paul melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya untuk memberi 
pelajaran kepada Dinda sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini 
mulai tumbuh secara subur didalam dirinya.
Kini sang bidadari itu telah tergeletak dihadapannya, air matanyapun 
telah membasahi wajahnya yang putih bersih itu. “Lihat aku, cewek 
*******…..!â€, hardiknya seraya memegang kepala Dinda dan 
menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!â€, jeritnya yang tertahan 
oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Dinda pun melotot ketika 
menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan dengan Paul seseorang yang
 dibencinya. Hatinyapun langsung ciut dan tergetar tatkala Paul yang 
berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan, “Hahaha….malam 
ini kamu jadi pemuasku, gadis cantikâ€. Keringatpun langsung mengucur 
deras membasahi tubuh Dinda, wajahnya nampak tersirat rasa takut yang 
dalam, dia menyadari betul akan apa-apa yang bakal terjadi terhadap 
dirinya. Disaat seperti inilah dia menyadari betul akan ketidak 
berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya, akan sikap- 
sikapnya yang tidak berhati-hati terhadap Paul.
Kini dihadapan Dinda, Paul mulai melepaskan baju kumalnya satu persatu 
hingga akhirnya telanjang bulat. Walaupun telah berusia setengah abad 
lebih, namun karena pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Paul memiliki 
tubuh yang atletis, badannya hitam legam dan kekar, beberapa buah tatto 
menghiasi dadanya yang bidang itu. Isak tangis mulai keluar dari mulut 
Dinda, disaat paul mulai mendekat ketubuhnya. Tangan kanannya memegang 
batang kemaluannya yang telah tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah
 Dinda. Melihat ini Dinda berusaha memalingkan wajahnya, namun tangan 
kiri Paul secepat kilat mencengkram erat kepala Dinda dan mengalihkannya
 lagi persis menghadap ke batang kemaluannya.. Dan setelah itu 
dioles-oleskannya batang kemaluannya itu diwajah Dinda, dengan tubuh 
yang bergetar Dinda hanya bisa memejamkan matanya dengan erat karena 
merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu. Sementara kepala tidak 
bisa bergerak-gerak karena dicengkraman erat oleh tangan Paul. 
“Ahhh….perkenalkan rudal gue ini sayang…..akhhh….†ujarnya 
sambil terus mengoles-oleskan batang kemaluannya diwajah Dinda, 
memutar-mutar dibagian pipi, dibagian mata, dahi dan hidungnya. Melalui 
batang kemaluannya itu Paul tengah menikmati kehalusan wajah Dinda. 
“Hai cantik !….sekarang sudah kenal kan dengan ****** gue ini, 
seberapa mahal sih wajah cantik elo itu hah ? sekarang kena deh ama 
****** gue ini….â€, sambungnya.
Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong tubuh Dinda hingga kembali 
terjatuh kekasurnya.
Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang tergolek tak berdaya ditempat 
tidurnya itu. Baju seragam
pramugarinya masih melekat rapi dibadannya. Baju dalaman putih dengan 
dasi kupu-kupu berwarna biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning 
tua serta rok pendeknya yang berwarna biru seolah semakin membangkitkan 
birahi Paul, apalagi roknya agak tersingkap hingga pahanya yang putih 
mulus itu terlihat. Rambutnya yang panjang sebahu masih digelung 
sementara itu topi pramugarinya telah tergeletak jatuh disaat 
penyergapan lagi. “Hmmpphhh…mmhhh…â€, sepertinya Dinda ingin 
mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa perdulinya paling-paling cuma
permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa membuang waktu lagi kini 
diputarnya tubuh Dinda menjadi tengkurap, kedua tangannya yang terikat 
kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh 
kasur. Kedua tangan kasar Paul itu kini mengusap-usap bagian pantat 
Dinda, dirasakan olehnya pantat Dinda yang sekal. Sesekali tangannya 
menyabet bagian itu bagai seorang ibu yang tengah menyabet pantat 
anaknya yang nakal “Plak…Plak…â€. “Wah sekal sekali 
pantatmu…â€, ujar Paul sambil terus mengusap-usap dan memijit- mijit 
pantat Dinda.
Dinda hanya diam pasrah, sementara tangisannya terus terdengar. 
Tangisnya terdengar semakin
keras ketika tangan kanan Paul secara perlahan-lahan mengusap kaki Dinda
 mulai dari betis naik terus kebagian paha dan akhirnya menyusup masuk 
kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya.
Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Paul, yaitu jari 
tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh 
kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Dinda agak menggeliat, 
dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Paul tadi langsung 
menusuk lobang kemaluan Dinda. “Egghhmmmmm…….â€, Dinda menjerit 
badannya mengejang tatkala jari telunjuk Paul masuk kedalam liang 
kewanitaannya itu. Badan Dindapun langsung menggeliat- geliat seperti 
cacing kepanasan, ketika Paul memainkan jarinya itu didalam lobang 
kemaluan Dinda. Dengan tersenyum terus dikorek- koreknyalah lobang 
kemaluan Dinda, sementara itu badan Dinda menggeliat-geliat jadinya, 
matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan- rintihan yang 
teredam oleh kain yang menyumpal mulutnya itu 
“Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..â€. Setelah beberapa menit lamanya, 
kemaluan Dindapun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Paul kemudian
 mencabut jarinya.
Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya terlentang. Setelah itu roknya
 disingkapkan keatas hingga rok itu melingkar dipinggulnya dan celana 
dalamnya yang berwarna putih itu ditariknya hingga bagian bawah Dinda 
kini telanjang. Terlihat oleh Paul, kemaluan Dinda yang indah, sedikit 
bulu-bulu tipis yang tumbuh mengitari lobang kemaluannya yang telah 
membengkak itu.
Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki Dinda hingga mengangkang 
setelah itu ditekuknya hingga kedua pahanya menyentuh ke bagian dada. 
Wajah Dinda semakin tegang, tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun 
telah basah oleh keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Paul 
bersiap-siap melakukan penetrasi ketubuh Dinda. 
“Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..â€, Dinda menjerit dengan 
tubuhnya yang mengejang ketika Paul mulai menanamkan batang kemaluannya 
didalam lobang kemaluan Dinda. Matanya terbelalak menahan rasa sakit 
dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Paul terus berusaha 
menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit selain Dinda 
masih perawan, usianyapun masih tergolong muda sehingga kemaluannya 
masih sangat sempit. Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Paul berhasil 
menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam vagina Dinda. Tubuh Dinda 
berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan 
pedih tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun menyadari bahwa malam itu
 keperawanannya akhirnya terenggut oleh Paul. “Ahh….kena kau 
sekarang !!! akhirnya Gue berhasil mendapatkan perawan elo !â€, 
bisiknya ketelinga Dinda.
Hujanpun semakin deras, suara guntur membahana memiawakkan telinga. 
Karena ingin mendengar suara rintihan gadis yang telah ditaklukkannya 
itu, dibukannya kain yang sejak tadi menyumpal mulut Dinda. 
“Oouuhhh…..baang….saakiitt…banngg….amp uunn …â€, rintih 
Dinda dengan suara yang megap- megap. Jelas Paul tidak perduli. Dia 
malahan langsung menggenjot tubuhnya memopakan batang kemaluannya keluar
 masuk lobang kemaluan Dinda. 
“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….ooohhhggh… .â€, Dinda 
merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot oleh Paul, badannyapun semakin
 menggeliat-geliat. Tidak disadarinya justru badannya yang 
menggeliat-geliat itu malah memancing nafsu Paul, karena dengan begitu 
otot-otot dinding vaginanya malah semakin ikut mengurut-urut batang 
kemaluan Paul yang tertanam didalamnya, karenanya Paul merasa semakin 
nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga 
Paul terus menggenjot tubuh Dinda, Dindapun nampak semakin kepayahan 
karena sekian lamanya Paul menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya 
seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai
 setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, 
sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan 
lemah, “Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…â€. Dan akhirnya Paulpun 
berejakulasi di lobang kemaluan Dinda, kemaluannya menyemburkan cairan 
kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Dinda. 
“A..aakkhhh…..â€, sambil mengejan Paul melolong panjang bak 
srigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas. Puas sudah 
dia menyetubuhi Dinda, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena 
telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menaklukan Dinda, puas 
dalam merobek keperawanan Dinda dan puas dalam memberi pelajaran kepada 
gadis cantik itu. Dinda menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba 
terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya telah berejakulasi karena 
disakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya.
 Cairan kental hangat yang bercampur darah itu
memenuhi lobang kemaluan Dinda sampai sampai meluber keluar membasahi 
paha dan sprei kasur. Dinda yang menyadari itu semua, mulai menangis 
namun kini tubuhnya sudah lemah sekali.
Dengan mendesah puas Paul merebahkan tubuhnya diatas tubuh Dinda, kini 
kedua tubuh itu jatuh lunglai bagai tak bertulang. Tubuh Paul nampak 
terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis dari Dinda yang 
tubuhnya tertindih tubuh Paul. Setelah beberapa menit membiarkan batang 
kemaluannya tertanam dilobang kemaluan Dinda, kini Paul mencabutnya 
seraya bangkit dari tubuh Dinda. Badannya berlutut mengangkangi tubuh 
lunglai Dinda yang terlentang, kemaluannya yang nampak sudah melemas itu
 kembali sedikit- demi sedikit menegang disaat merapat kewajah Dinda. 
Dikala sudah benar-benar menegang, tangan kanan Paul sekonyong-konyong 
meraih kepala Dinda. Dinda yang masih meringis-ringis dan menangis 
tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan Paul. Terlebih-lebih melihat 
batang kemaluan Paul yang telah menegang itu berkedudukan persis 
dihadapan wajahnya. Belum lagi sempat menjerit, Paul sudah mencekoki 
mulutnya dengan batang kemaluannya. Walau Dinda berusaha berontak namun 
akhirnya Paul berhasil menanamkan penisnya itu kemulut Dinda. Nampak 
Dinda seperti akan muntah, karena mulutnya merasakan batang kemaluan 
Paul yang masih basah oleh cairan sperma itu. Setelah itu Paul kembali 
memopakan batang kemaluannya didalam rongga mulut Dinda, wajah Dinda 
memerah jadinya, matanya melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan akan 
muntah. Namun Paul dengan santainya terus memompakan keluar masuk 
didalam mulut Dinda, sesekali juga dengan gerakan memutar-mutar. 
“Aahhhh….â€, sambil memejamkan mata Paul merasakan kembali 
kenikmatan di batang kemaluannya itu mengalir kesekujur tubuhnya. Rasa 
dingin, basah dan geli dirasakannya dibatang kemaluannya. Dan akhirnya, 
“Oouuuuhhhh…Dinndaaaa…sayanggg… ..â€, Paul mendesah panjang 
ketika kembali batang kemaluannya berejakulasi yang kini dimulut Dinda. 
Dengan terbatuk-batuk Dinda menerimanya, walau sperma yang dimuntahkan 
oleh Paul jumlahnya tidak banyak namun cukup memenuhi rongga mulut Dinda
 hingga meluber membasahi pipinya. Setelah memuntahkan spermanya Paul 
mencabut batang kemaluannya dari mulut Dinda, dan Dindapun langsung 
muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak berusaha untuk mengeluarkan 
cairan-cairan itu namun sebagian besar sperma Paul tadi telah mengalir 
masuk ketenggorokannya.
Saat ini wajah Dinda sudah acak- acakan akan tetapi kecantikannya masih 
terlihat, karena memang kecantikan dirinya adalah kecantikan yang alami 
sehingga dalam kondisi apapun selalu cantik adanya. Dengan wajah puas 
sambil menyadarkan tubuhnya didinding kasur, Paulpun menyeringai melihat
 Dinda yang masih terbatuk-batuk. Paul memutuskan untuk beristirahat 
sejenak, mengumpulkan kembali tenaganya. Sementara itu tubuh Dinda 
meringkuk dikasur sambil terisak-isak. Waktupun berlalu, jam didinding 
kamar Dinda telah menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil santai Paulpun 
menyempatkan diri mengorek-ngorek isi laci lemari Dinda yang terletak 
disamping tempat tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Dinda,
 nampak wajah-wajah cantik Dinda menghiasi isi album itu, Dinda yang 
anggun dalam pakaian seragam pramugarinya, nampak cantik juga dengan 
baju muslimnya lengkap dengan ****** ketika foto bersama keluarganya 
saat lebaran kemarin dikota asalnya yaitu Bandung. Kini gadis cantik itu
 tergolek lemah dihadapannya, setengah badannya telanjang, kemaluannya 
nampak membengkak. Selain itu, ditemukan pula beberapa lembar uang yang 
berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas didalam laci itu, dengan 
tersenyum Paul memasukkan itu semua kedalam kantung celana lusuhnya, 
“Sambil menyelam minum airâ€, batinnya.
Setelah setengah jam lamanya Paul bersitirahat,kini dia bangkit 
mendekati tubuh Dinda. Diambilnya sebuah gunting besar yang dia temukan 
tadi didalam laci. Dan setelah itu dengan gunting itu, dia melucuti baju
 seragam pramugari Dinda satu persatu. Singkatnya kini tubuh Dinda telah
 telanjang bulat, rambutnyapun yang hitam lurus dan panjang sebahu yang 
tadi digelung rapi kini digerai oleh Paul sehingga menambah keindahan 
menghiasi punggung Dinda. Sejenak Paul mengagumi keindahan tubuh Dinda, 
kulitnya putih bersih, pinggangnya ramping, payudaranya yang tidak 
terlalu besar, kemaluannya yang walau nampak bengkak namun masih 
terlihat indah menghias selangkangan Dinda. Tubuh Dinda nampak penuh 
dengan kepasrahan, badannya kembali tergetar menantikan akan apa-apa 
yang akan terjadi terhadap dirinya.
Sementara itu hujan diluar masih turun dengan derasnya, udara dingin 
mulai masuk kedalam kamar yang tidak terlalu besar itu. Udara dingin 
itulah yang kembali membangkitkan nafsu birahi Paul. Setelah hampir 
sejam lamanya memberi istirahat kepada batang kemaluannya kini batang 
kemaluannya kembali menegang. Dihampirinya tubuh telanjang Dinda, 
“Yaa…ampuunnn bangg…udah dong….Dinda minta ampunn 
bangg…oohhh….â€, Dinda nampak memelas memohon-mohon kepada Paul. 
Paul hanya tersenyum saja mendengar itu semua, dia mulai meraih badan 
Dinda. Kini dibaliknya tubuh telanjang Dinda itu hingga dalam posisi 
tengkurap. Setelah itu ditariknya tubuh itu hingga ditepi tempat tidur, 
sehingga kedua lutut Dinda menyentuh lantai sementara dadanya masih 
menempel kasur dipinggiran tempat tidur, Paulpun berada dibelakang Dinda
 dengan posisi menghadap punggung Dinda. Setelah itu kembali 
direntangkannya kedua kaki Dinda selebar bahu, dan…. 
“Aaaaaaaaakkkkhh………â€, Dinda melolong panjang, badannya 
mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Paul menanamkan batang 
kemaluannya didalam lobang anus Dinda.
Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan
 agak susah payah kembali Paul berhasil menanamkan batang kemaluannya 
didalam lobang anus Dinda. Setelah itu tubuh Dindapun kembali 
disodok-sodok, kedua tangan Paul meraih payudara Dinda serta 
meremas-remasnya. Setengah jam lamnya Paul menyodomi Dinda, waktu yang 
lama bagi Dinda yang semakin tersiksa itu. 
“Eegghhh….aakkhhh….oohhh…â€, dengan mata merem-melek serta 
tubuh tersodok- sodok Dinda merintih-rintih, sementara itu kedua 
payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Paul. Paul kembali merasakan
 akan mendapatkan klimaks, dengan gerakan secepat kilat dicabutnya 
batang kemaluan itu dari lobang anus Dinda dan dibaliklah tubuh Dinda 
itu hingga kini posisinya terlentang. Secepat kilatpula dia yang kini 
berada diatas tubuh Dinda menghujamkan batang kemaluannya kembali 
didalam vagina Dinda. “Oouuffffhhh……â€, Dinda merintih dikala 
paul menanamkan batang kemaluannya itu. Tidak lama setelah Paul 
memompakan kemaluannya didalam liang vagina Dinda 
“CCREETT….CCRROOOT…CROOTT…â€, kembali penis Paul memuntahkan 
sperma membasahi rongga vagina Dinda, dan Dindapun terjatuh tak sadarkan
 diri.
Fajar telah menjelang, Paul nampak meninggalkan kamar kost Dinda dengan 
tersenyum penuh dengan kemenangan, sebatang rokok menemaninya dalam 
perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota, sementara itu sakunya 
penuh dengan lembaran uang dan perhiasan emas. Entah apa yang akan 
terjadi dengan Dinda sang pramugari cantik imut-imut itu, apakah dia 
masih menjual mahal dirinya. Entahlah, yang jelas setelah dia berhasil 
menikmati gadis cantik itu, hal itu bukan urusannya lagi