O ya..namaku Dita, kini usiaku menjelang 24 tahun Selama ini saya dan Mang Sardi sudah lama tidak melakukan belaian seperti dulu, mungkin 10 bulan lamanya sejak Dedi kemenakan mang Sardi merengut kegadisanku dan tanpa saya sadari ternyata setelah kepulangan Dedi ke kampungnya Subang, dia(Dedi) telah menceritakan kisahnya sama mang Sardi pamannya itu yang sampe saat ini kembali kerja sebagai sopir keluarga kami.
Hingga suatu saat Mang Sardi bertanya seperti ini kepadaku, "Neng Dita kenapa melakukannya sama keponakan mamang??".
Kontan saja saat mang Sardi Tanya itu saya kaget sekali, saya pikir Dedi akan diam seribu bahasa, tapi kenyataannya Dedi malah cerita ke pamannya itu, dan saya malu sekali mendengarnya langsung dari pertanyaan Mang Sardi, padahal beberapa bulan lalu atau mungkin satu tahun lalu Mang Sardi hanya membelai-belai daerah sensitifku dan tidak berani untuk membobol keperawananku yang ternyata keperawananku hancur oleh keponakannya sendiri . Saat itu saya hanya tertunduk malu ketika Mang Sardi tanya masalah itu ke saya. yang kira-kira pada awal bulan November 2003 menjelang puasa , yang sudah hampir 10 bulan sejak Dedi membobol keperawananku.
Saya tidak pernah bermain belaian seks sama siapapun termasuk Mang Sardi, karena sejak saya berhubungan badan untuk pertama kalinya itu saya anggap itu yang terakhir kali melakukannya (malah saya sempat bersumpah untuk tidak melakukan kegiatan seks sekecil apapun). Tapi terus terang saja kalo saya betul-betul tersiksa dengan gejolak seks yang sudah saya tahan sejak 10 bulan lalu. Dan ternyata Mang Sardi mengungkit lagi masalah itu sehingga terlintas lagi bayangan seks di pikiranku ketika Mang Sardi bertanya tentang hubungan seks ku dengan keponakannya.
Saat mang Sardi Tanya itu saya lagi nonton tivi di ruangan bawah pagi jam 10 dan seperti biasa di rumah sepi karena ortu pada kerja dan adikku sekolah. Saya masih ingat betul saat itu tanggal 4 November 2016. Saya jawab saat itu begini "Ah.. Mang Sardi....udah ah, jangan tanya masalah itu lagi, Dita jadi malu dengernya", begitu kira-kira jawabku saat itu. Lalu mang Sardi tersenyum sambil agak mendekatkan wajahnya ke arahku yang saat itu sedang tiduran di sofa depan tivi dan ngomong seperti ini, "Dulu Neng Dita suka diusap sama Mamang. Kalo Mamang ngajak Neng Dita lagi usap-usapan lagi kira-kira Neng Dita mau ga??".
Saya tentu saja menggeleng sambil menyuruh Mang Sardi meninggalkan ruangan keluarga.
"Udah Mang, jangan ganggu Dita deh. Mending Mamang ke dapur aja gih!!!", kataku setengah menghardik saat itu.
Karena jenuh nonton tivi saya kepengen mandi pagi saat itu yang kebetulan ada kuliah jam 12 dan langsung menuju kamar mandi. Setelah selesai keramas saya langsung menuju ke atas kamarku sambil pake daster dan di kamar saya langsung pasang hair dryer untuk keringin rambut. Terlihat pintu kamarku setengah terbuka karena aku anggap ga ada siapa-siapa diatas aku membuka daster yang kebetulan tidak memakai CD dan BH. Jadi langsung aku buka saat itu dan ternyata mang Sardi mengintip kegiatanku membuka daster yang sudah pasti saat itu saya telanjang bulat.
Saya lihat dari cermin kamar bayangan Mang Sardi sedang menyapu tapi tatapannya ke arah tubuhku saya memekik kaget dan menutup kamar dan ternyata Mang Sardi malah lebih nekat memasuki kamarku yang kebetulan ga ada kuncinya itu saya menutup dadaku dengan tanganku saat itu dan memohon ke Mang Sardi untuk meninggalkan kamarku saat itu. Eh dia malah tersenyum sambil bilang gini, "Neng Dita kenapa jadi penakut begitu padahal beberapa waktu lalu Neng Dita meminta Mamang untuk mengusap-ngusap Neng Dita. Mamang kepengen merasakan seperti yang Dedi rasakan waktu itu boleh kan?. Dijamin mamang ga akan melakukannya dengan kasar kok..", begitulah katanya dengan tetap melihat bagian tubuhku yang vital.
Saat itu saya hanya menutup pake tangan kemaluanku dan dadaku dan tentu saja bagian-bagian tubuhku yang lain terlihat jelas putih dan mulus. Saat itu Mang Sardi makin berani mendekatiku sambil mendesakku ke arah dinding kamarku yang membuat saya semakin ketakutan karena saat itu saya berjanji ga akan melanggar sumpahku untuk tidak melakukan kegiatan seks dengan siapapun walau beberapa bulan lalu saya sempet minta di usap-usap sama mang Sardi.
O ya saat itu saya masih tetep single ga punya pacar karena takut sama mama kalo punya pacar, dan setelah mang Sardi semakin mendesak ke arah dinding semakin dekat pula hembusan nafasnya di wajahku dan dia mulai membelai rambutku sambil saya memohon ke dia untuk tidak meneruskan aksinya sampai saya bilang begini,"Mamang jangan teruskan, Dita udah janji ga akan lagi seperti dulu-dulu saat sama mamang karena Dita takut ketagihan Mang. Tolong Mang hentikan", sambil sedikit demi sedikit berjongkok sambil tetap tanganku menutup aurat yaitu dada dan kemaluanku dengan keadaan telanjang saat itu.
Eh mang Sardi malah bilang gini, "Tenang Neng Dita, Mamang pasti akan lembut melakukannya, Neng, Soalnya Mamang lihat akhir-akhir ini Neng Dita sering melamun. Dan semakin hari Neng Dita semakin membuat Mamang jatuh cinta dengan kemulusan dan kecantikan neng Dita. Apalagi disaat Neng Dita dibalut handuk , aduh Mamang mah ga kuat melihatnya juga Neng. Beda sekali dengan beberapa bulan lalu Neng. Saat ini neng Dita semakin kelihatan cantiknya", katanya dengan logat Sunda merayu.
Dan saat saya berjongkok begitu saya memejamkan mata saat dia mulai elus-elus rambut,pipi dan kelopak mata saya yang saat itu agak sedikit air mata. Tangannya terhenti di telinga dan usap-usap di telinga sambil sesekali melebar usapannya ke leher. Lambat laun merangsang gairah seksku yang saat itu sudah tidak mens lagi sejak 3 hari. Saya pun terdiam disaat Mamang ikut jongkok dan membelai tangan yang menutup bagian dada. Sambil tetep memejamkan mata ini, dan Mamang membukakan tangan ini dari dada dan anehnya saya pun menurut saat itu. Ketika dadaku mulai terbuka karena Mamang menyibakkan tangan yang menghalangi dada ini. Lalu dia menaruh tangan kiri saya ke bawah sehingga di posisi jongkok itu dia bisa secara jelas melihat dadaku kiri dan kanan yang mancung, dan Mamang pun mulai membelai dada ini saat itu sambil tetep kami berjongkok berdua dan sesekali dia melihat ke arah kemaluanku yang masih ku tutup dengan tangan kananku.
Tangannya menyibakan tangan kanan ku yang saat itu menghalangi kemaluanku dan sayapun seperti dihipnotis menurut dengan lemah saya turunkan tangan kananku saat itu sehingga posisiku waktu itu berjongkok bersandar ke dinding kamar dan tanganku dua-duanya saya turunkan ke bawah yang tentu saja dengan leluasa Mang Sardi melihat pemandangan indah yang akhir-akhir ini ngga pernah lagi dinikmatinya seperti dulu. Dan setelah mang sardi mulai menyentuh kemaluanku dengan posisi berjongkok itu sayapun ikut hanyut menikmatinya karena sudah lama sekali saya tidak melakukannya sejak 10 bulan lalu berhubungan badan pertama kali dengan keponakannya Dedi.
Saya memejamkan mata dan mencoba menikmati suasana itu sambil sesekali tak sadar mengeluarkan suara desahan yang mungkin membuat Mang Sardi tambah bernafsu saja saat itu. Lalu dia mencoba memangku tubuhku saat itu ke atas ranjangku dan anehnya saya mengulurkan tangan saat itu seperti memberi akses kepadanya untuk lebih jauh lagi melakukan kenikmatan. Saat itu saya betul-betul hanyut dengan sentuhannya dan melihat jam di dinding kamarku sudah jam 12 siang,artinya saya harus kuliah tapi ga kepikir untuk bersiap-siap kuliah. Hanya perasaan nikmat yang ada dipikiranku. Saat Mang Sardi mengangkat tubuhku ke atas kasur dan adegan berikutnya mang Sardi membuka ghespernya yang usang itu. Lalu pelan-pelan sekali membuka celananya sendiri yang ternyata dia ga pake celana kolor lagi saat itu dan terlihatlah kemaluannya yang menegang.
Kalo dibandingkan dengan burung keponakan nya lebih kecil diameternya tapi lebih putih warnanya. Sambil membuka celananya itu dia masih tetap memakai kemeja lusuhnya dan meminta saya untuk mengusap kemaluan yang tegang itu. Saya pun dengan pelan-pelan meraih kemaluan Mang Sardi yang hangat dan berdenyut lalu perlahan mengocoknya seperti yang pernah saya lakukan setahun lalu di mobilku bersamanya. Dia dengan posisi berlutut merem melek ketika saya mengocoknya perlahan sementara saya hanya berbaring saja di kasur dengan posisi tidur terlentang dan sesekali dia melihat ke arahku . Tak lama dia meraih buah dadaku yang putih mulus. Memang dadaku ini sedang untuk ukuran cewe hanya 34b nomor bh ku tapi mancung, putih dan mulus tanpa cacat, mungkin itu yang membuat mang Sardi tergila-gila.
Lalu kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajahku dan berusaha mencium bibirku tapi aku menolaknya dengan menggelengkan kepala di bantal saat itu dan dia hanya menciumi kening leher dan dadaku lalu ciumannya ke perut dan berakhir di kemaluanku yang sudah basah sekali. Nikmat sekali rasanya. Saya menolak diciumnya karena mang Sardi perokok jadi bau sekali nafasnya dengan bau rokok cerutu kebiasaannya. Tapi saat dia berlama-lama cium daerah kemaluanku saya betul-betul di awang-awang dan mengejang seperti ingin pipis tapi nikmat sekali.
Setelah saya orgasme dan tubuhku bersimbah keringat dia menghentikan kegiatannya, lalu tanya gini ke saya,"Neng Dita, kalau burungnya mamang dimasukin ke itu nya Neng Dita boleh ga??",katanya lembut. Saya hanya menganguk saat itu. Lalu dia bilang lagi, "Tapi Neng Dita istirahat saja dulu. Mamang liat Neng kepanasan". Saya menganguk saat itu, memang cuaca di atas sini panas sekali kalo siang-siang apalagi jam 12-an.
Tak lama 15 menit kemudian mang Sardi membawakan air putih dingin dari bawah dengan hanya pake baju kemeja lusuhnya saja dan terlihat burungnya mengecil. Lalu setelah saya meminumnya dia tanya begini,"Neng Dita saat itu pernah mengulum burung nya Dedi ngga?", tanyanya polos. Aku pikir saat itu dasar dari kampung, polos banget pertanyaannya. Lalu menggeleng jujur dan dia tersenyum seakan dia ingin dikulum burungnya. Dan setelah saya menaruh gelas di meja dia naik lagi ke kasur kamarku dan mulai membelai dadaku lagi.
Saya kemudian berbaring lagi memejamkan mata dan mulai menikmati sentuhannya lagi sambil agak mengangkat kaki kiriku saat itu saya mengerang dan mendesah saking nikmatnya dan burung Mang Sardi terlihat berdiri lagi dan mendekatkannya ke arah mulutku saya sempet menggeleng tapi dia setengah memaksa mendekatkan kemaluannya ke arah bibirku sekilas tercium bau keringat di sekitar kemaluannya dan saya berusaha untuk tidak menghirupnya . Dan mencoba membuka mulut saat Mamang menyodorkan kemaluan yang diameternya lebar itu . Saat saya mulai menyentuhkan lidah ke liang penisnya terasa asin dan aneh lalu lambat laun saya memasukan agak lebih dalam ke mulutku dan itu adalah kemaluan laki-laki ke dua yang aku kulum setelah kemaluan Dedi keponakannya beberapa waktu lalu.
Agak lama saya memaju mundurkan kepalaku saat mengulum kemaluan Mang Sardi di mulutku saat itu dan terasa pegal mulutku saat itu dan akhirnya sekitar 15 menit kemudian keluarlah air kental berasa aneh dari kemaluannya yaitu sperma Mang Sardi muncrat tepat di mulutku yang mungkin setengahnya termakan olehku saat itu , saya sempat tersedak dan mau muntah tapi ditutupkan mulutku ini sama mang sardi waktu itu, sehingga termakan hampir seluruhnya sperma nya itu. Setelah itu dia mencoba menjilati kemaluanku yang basah sambil sesekali tangannya aktif membelai dadaku dua-duanya lama sekali sehingga saya merasakan orgasme ke 2. Setelah kami istirahat ½ jam sambil sesekali bercerita dengannya, kami mulai melakukan kegiatan lagi yang ketiga kalinya .
Saya liat jam 2 siang artinya saya ga kuliah hari itu, sementara ortuku sama ade ku ada di rumah tepat jam 6 sore. Saat itu sempet terpikir olehku kalo Mang Sardi ini ingin mencicipi tubuhku seperti keponakannya membobol keperawananku. Tapi saya ga peduli saat itu yang ada hanyalah kenikmatan demi kenikamatan saat itu yang kami lakukan berdua, betul-betul hari yang melelahkan sekaligus mengasikkan.
Saat kegiatan yang ke 3 ini kami mulai belai satu sama lain dia belai dada kemaluan paha dan punggung,sementara saya belai penis dada dan sesekali wajahnya dan saat itu kami sempet berciuman bibir rasanya aneh sekali, Mang Sardi yang usianya 50 tahunan menciumi bibir mungilku yang merah ini tapi saat bermain lidah itu enak rasanya dan saat itulah mang Sardi mengarahkan penisnya ke kemaluanku. mamang terlihat hati-hati dan pelan-pelan memasukannya karena masih sempit dan terasa perih beberapa kali ga berhasil masuk tapi setelah dengan sabar dia mangarahkannya dan saya bantu dengan mengarahkan penisnya ke kemaluanku. Akhirnya masuk juga walau agak sedikit nyeri(maklum saya hanya dua kali melakukannya lagi pula rentang waktu 10 bulan cukup lama). Akhirnya saya merasakan nikmat tiada tara yang lebih nikmat melakukannya dibanding dengan keponakannya itu.
Setelah sekian lama kami bersenggama akhirnya saya berteriak, "Aahhhhhhh..Mmmmaaammaaaang Ddittttaaaa kellluaaarrrrr", maka saya pun orgasme untuk ke 3 kalinya. Sementara Mang Sardi terliihat belum keluar dan dia mencabut kemaluannya dan menyuruh saya mengulumnya kali itu agak lama saya mengulumnya dan terasa pegal mulut ini hampir ½ jam akhirnya keluar juga spermanya. Kami masing-masing berpakaian setelah terlihat jam dinding sudah jam 4 sore. Sejak saat itu sampe sekarang kami sering melakukan hubungan badan ini yaitu dengan mencuri-curi kesempatan di saat rumah sepi.